BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Konflik
yang terjadi di Timur Tengah selama bertahun-tahun, tepatnya konflik antara
Israel dengan Palestina telah membuat negara-negara di dunia tepatnya negara
Islam untuk mengamatinya. Kenyataan yang ada bahwa setelah perang dunia I,
Palestina berada di bawah kekuasaan Inggris. Yang mana Inggris saat itu
memberikan kebijakan dengan membolehkan imigran Yahudi ke Palestina secara
besar-besaran. Kemudian semenjak itu, pertikaian Yahudi dan Palestina semakin
menjadi.
Setelah
kemerdekaan Israel pada tahun 1948, umat Islam di Palestina semakin mendapatkan
penganiayaan. Mereka mendapatkan teror dari kaun Yahudi, bahkan kaum Yahudi
(Zionis) melakukan pemboikotan terhadap suplai makanan yang masuk ke Palestina.
Sehingga umat Islam di Palestina mengalami kelaparan dan pada akhirnya sebagian
mereka pergi meninggalkan negerinya. Pada awal kemerdekaan Israel, presiden
pertamanya yaitu Chail Wezmann mengatakan bahwa negara Israel tidak ada
batasnya, yakni batas negara akan disesuaikan dengan jumlah penduduknya.
Sehingga tidak heran jika Israel selama ini selalu ingin memperluas wilayah
mereka yang pada akhirnya menimbulkan peperangan yang tak kunjung selesai.
Dalam
konflik yang tak kunjung usia ini, akhirnya muncul gagasan dari umat Islam
untuk menggalamg kesatuan guna menciptakan perdamaian, tepatnya dalam dunia
Islam. Dari gagasan tersebut akhirnya berdiri Organisasi Konferensi Islam
(OKI).
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah brdirinya Organisasi Konferensi Islam ?
2.
Apa tujuan berdirinya Organisasi Konferensi Islam ?
3.
Bagaimana peran Organisasi Konferensi Islam dalam konflik di Timur
Tengah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Organisasi Konferensi Islam
(OKI)
Sejarah
berdirinya Organisasi Konferensi Islam tidak lepas dari berbagai peristiwa di
Timur Tengah mengenai umat Islam. Konflik yang terjadi antara Israel dan
Palestina yang berlangsung lama dan tak kunjung selesai merupakan suatu hal
yang bertali temali dengan gerakan Zionisme yang ingin mendirikan negara Yahudi
di Palestina.[1]
Kemudian setelah Israel merdeka pada tahun 1948, mereka gencar malakukan
pengusiran warga Palestina. Bukan hanya sebuah pengusiran yang dilakukan Israel
terhadap Palestina melainkan berbagai teror dan siksaan secara perlahan agar rakyat Palestina meninggalkan tanah
airnya.
Dengan
berbagai konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina sampai pada perang
yang terjadi dalam merebutkan kota al-Quds (Jerussalem) pada tahun 1967,
kemudian memuncak dengan kaum Radikal Yahudi yang membakar masjid al-Aqsa pada
21 Agustus 1969, akhirnya kesadaran umat Islam menjadi bangkit, kemudian
mengadakan konferensi tingkat tinggi (KTT) pertama di Rabat, Maroko pada bulan
September 1969. saat itulah diresmikan berdirinya Organisasi Konferensi Ialam
(OKI).[2] Diantara
tokoh yang berperan penting dalam berdirinya adalah Raja Faisal dari Arab
Saudi, dan Tuanku Abdul Rahman dari Malaysia.
Secara
umum latar belakang terbentuknya OKI sebagai berikut :
1)
Tahun 1964 : Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab di Mogadishu timbul
suatu ide untuk menghimpun kekuatan Islam dalam suatu wadah internasional.
2)
Tahun 1965 : Diselenggarakan Sidang Liga Arab sedunia di Jeddah Saudi Arabia
yang mencetuskan ide untuk menjadikan umat Islam sebagai suatu kekuatan yang
menonjol dan untuk menggalang solidaritas Islamiyah dalam usaha melindungi umat
Islam dari zionisme khususnya.
3)
Tahun 1967 : Pecah Perang Timur Tengah melawan Israel. Oleh karenanya
solidaritas Islam di negara-negara Timur Tengah meningkat.
4)
Tahun 1968 : Raja Faisal dari Saudi Arabia mengadakan kunjungan ke beberapa
negara Islam dalam rangka penjajagan lebih lanjut untuk membentuk suatu
Organisasi Islam Internasional.
5)
Tahun 1969 : Tanggal 21 Agustus 1969 Israel merusak Mesjid Al Agsha. Peristiwa
tersebut menyebabkan memuncaknya kemarahan umat Islam terhadap Zionis Israel.[3]
Dalam
KTT OKI yang pertama di Maroko 1969 menegaskan, pemerintah dan rakyat
negara-negara Islam menolak penyelesaian isu Palestina yang tidak menjamin
kembalinya kota Jerussalem pada status yang semula sebelum tahun 1967 (perang
Arab-Israel yang menyebabkan jatuhnya kota suci al-Quds ke tangan Israel).[4] kemudian
dalam KTT OKI yang ke-2 di Lahore,
Pakistan tahun 1974 menegaskan bahwa Jerussalem adalah simbol pertemuan Islam
secara damai dengan agama samawi lainya. Bahkan dikatakan bahwa Islam telah menguasai Jerussalem selama 1300 tahun, maka Israel harus mundur dari
Jerussalem sebagai syarat terciptanya
perdamaian yang abadi di Timur Tengah.
Dalam
berbagai KTT yang dilaksanakan OKI memang tidak lepas dari permasalahan Timur
Tengah, seolah-seolah OKI hanya dibentuk untuk Timur Tengah. Kesan tersebut
tidak dapat dipungkiri sepenuhnya, karena Salah satu persoalan dan
kemelut dunia yang menjadi perhatian masyarakat internasional terjadi dikawasan
Arab dan Timur Tengah.
Sedangaka dalam OKI sendiri persoalan Timur Tengah dan
Palestina terlihat lebih menonjol karena terkait di dalamnya pembicaraan dan
desakan yang bernafaskan kepentingan agama dan umat Islam seluruh dunia. Perlu
diingat bahwa hampir separuh dari negara anggota OKI adalah negara-negara Arab.[5]
B.
Tujuan Organisasi Konferensi Islam (OKI)
Organisasi
Konferensi Islam (OKI) sejak awal
berdiri mempunyai beberapa tujuan. Dengan melihat latar belakang berdirinya
maka dapat dikatakan bahwa tujuan utama dari OKI adalah masalah Jerussalem,
karena hampir dalam setiap konferensi yang dilakukan, masalah Jerussalem tidak
pernah lepas dari pembahasan. Akan tetapi tujuan OKI bukan semata tentang
Jerussalam melainkan juga masalah lain yang diantaranya :
1.
Menggalang solidaritas Islam dikalangan para anggotanya.
2.
Konsolidasi dan kerjasama dikalangan para anggotanya di
bidang-bidang ekonomi, sosial, budaya, iptek, dan bidang-bidang lainya.
3.
Melakukan konsultasi dan kerjasama negara-negara anggota diberbagai
organisasi internasional.
4.
Mengeliminasi diskriminasi rasial dan kolonialisme dalam segala
bentuknya.
5.
Mendukung perdamaian internasional dan terciptanya tatanan politik
internesional yang adil.[6]
6.
Memberi semangat dan dukungan kepada rakyat Palestina dalam
memperjuangkan haknya dan kebebasan mendiami daerahnya.
Pada
dasarnya OKI bertujuan untuk menciptakan perdamaian dan keamanan dunia muslim
secara garis besar dan memperkokoh solidaritas Islam antar negara anggotanya.
Dalam
menjalankan kebijakan, keputusan, dan langkah-langkah OKI di bidang tertentu
maka dibentuk suatu komite, yaitu :
1.
Komite al-Quds;
2.
Komite tetap bidang keuangan;
3.
Komite Islam untuk masalah-maslah ekonomi, social, dan budaya;
4.
Komite kerjasama ilmu pengetahuan dan teknik;
5.
Komite kerjasama ekonomi dan perdagangan;
6.
Komite kerja untuk masalah-masalah informasi dan kebudayaan.
Selain
keenam komite khusus tersebut, OKI juga membentuk organisasi-organisasi dan
lembaga yang bergerak dibidang ekonomi dan pembangunan, yaitu :
1.
Bank Pembangunan Islam (IDB),
2.
Kamar dagang, Industri dan pertukaran komoditi negara-negara Islam,
3.
Yayasan Islam bagi ilmu pengetahuan, teknologi dan pembangunan,
4.
Pusat Islam bagi riset dan latihan, teknik dan kejuruan,
5.
Pusat Islam bagi pembangunan dan perdagangan,
6.
Dewan penerbangan sipil Islami, dan
7.
Asosiasi pemilik kapal Islami.[7]
C.
Peran Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam Konflik di Timur
Tengah.
Sampai
pada tahun 2005 OKI telah mengadakan KTT sebanyak 11 kali. Akan tetapi dalam
perkembanganya OKI dianggap kurang responsife terhadap konflik atau
permasalahan yang terjadi. Sehingga dikatakan bahwa OKI belum mampu menunjukkan
dirinya sebagai sebuah kekuatan yang diperhitungkan dalam percaturan politik
dunia internasional. Pada dasarnya kurang maksimalnya peran OKI dalam
menyelesaikan maslah yang tumbuh di Timur Tengah dikarenakan masalah dari
anggota OKI sendiri. Yang mana rasa persatuan dari organisasi ini, diantara
para negara anggota masih saja kurang terjalin.
Akan tetapi secara umum kendala yang dialami OKI sehingga krangnya peran
mereka yaitu :
1.
Adanya kepentingan nasional dikalangan anggota yang lebih mereka
utamakan daripada kepentingan bersama.
2.
Kurangnya sikap fanatis mereka terhadap OKI.
3.
Ketergantungan terhadap negara-negara Barat. Baik secara politik,
militer, maupun ekonomi. Hal ini memang tidak bisa dipungkiri karena
negara-negara Arab yang kaya dan menjadi sponsor dari OKI secara ideologis
justru pro dengan Barat. Sehingga ketika terjadi benturan kepentingan anntara
dunia Islam dengan Barat, OKI dengan sendirinya menjadi tidak berdaya.[8]
Meskipun
peran dari OKI dalam memperjuangkan perdamaian di dunia, khususnya dunia Islam
kurang maksimal, tapi OKI juga memiliki jasa yang tidak bisa dilupakan begitu
saja terhadap penyelesaian konflik yang terjadi. Dalam usaha menyelesaikan
berbagai konflik, OKI lebih berlatar belakang dengan jalan perdamaian, yakni
dengan perundingan, penengahan, dan arbitrasi. Seperti dalam halnya reaksi OKI
atas tindakan Israel yang melakukan serangan terhadap Palestina, negara-negara
anggota OKI memutuskan untuk memutuskan hubungan diplomatic dengan Israel.
Mereka menarik duta besar di Israel sampai kemudian terjadinya perdamaian.
Dalam hal ini negara-negara Arab memiliki legitimasi politik untuk membekukan
hubungan dengan IIsrael, menyusul perilaku keji Israel terhadap rakyat sipil
Palestina yang jelas-jelas melanggar hak asasi manusia serta jauh dari semangat
perdamaian.
Negara-negara
Arab juga bisa memutuskan hubungan dengan Israel seperti dalam bidang budaya,
wisata, ekonomi, serta memboikot perundingan multilateral. Hal-hal seperti ini
dilakukan negara-negara OKI sampai proses damai dilakukan. Dalam artian tetap
memilih jalan damai sebagai pilihan strategis dalam meyelesaikan masalah.[9]
Peran
OKI dalam penyelesaian konflik juga terlihat dalam konflik yang terjadi antara
Israel dengan Lebanon. Yang mana dalam hal tersebut OKI melakukan KTT yang
memutuskan tentang perdamaian dan genjatan senjata bagi kedua belah pihak dan
juga berhasil memaksa DK PBB mengeluarkan deklarasi 1701 dan mengirimkan
pasukan penjaga perdamaian, dimana OKI juga turut serta dalam pasukan tersebt).
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Organisasi
Konferensi Islam (OKI) berdiri atau dibentuk pada tahun 1969 di Rabat Maroko.
OKI berdiri dilatar belakangi beberapa sebab diantaranya adalah konflik yang
terjadi antara Israel dengan Palestina. Yang mana dalam konflik tersebut
Palestina sebagai negara muslim mengalami penindasan dari Israel. Kemudian
mencapai puncak pada tahun 1969 setelah Israel membakar masjid al-Aqsa, yang
kemudian karena peristiwa tersebut maka dibentuk OKI.
OKI
dibentuk dengan berbagai tujuan yang pada intinya untuk menciptakan perdamaian
dan keamanan dunia muslim secara garis besar dan memperkokoh solidaritas Islam
antar negara anggotanya. Dalam perjalanya sampai sekarang, peran OKI sedikit
banyak telah membawa pengaruh dalam dunia Islam, terutama di Timur Tengah.
Dalam menyelesaikan suatu masalah OKI dengan komitmenya dengan jalan perdamaian
seperti dilakukan perundingan, penengahan, dan arbitrasi. Meskipun, terkadang
dalam merealisasikan tugasnya OKI sering kali mengalami bebagai kendala,
sehingga peranya sering kurang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Abd.Rahman,
Mustafa. Jejak-JJejak Juang Palestina. Jakarta: Kompas. 2002.
Shihbudi,
Riza. Menyandera Timur Tengah. Jakarta: Mizan. 2007.
[2] Ibid., Hlm. 177.
[3] http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Organisasi_Kerja_Sama_Islam&oldid=6444657, (diakses pada 21
April 2015).
[4] Abd. RRahman,
Jejak-Jejak….Hlm., 179.
[5] http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Organisasi_Kerja_Sama_Islam&oldid=6444657, (Diakses pada 21 April
2015).
[7] Shihbudi, Menyandera,… Hlm, 105.
[8] Ibid.,Hlm.,107.
[9] Abd. Rahman, Jejak-Jejak….Hlm., 212.